Pertengahan Tahun 2003
Pagi yang sangat cerah sekali, matahari
menyinarkan teriknya tak begitu panas. Angin berhembus sepoi-sepoi menambah
suasan begitu indahnya hari itu. Dengan
wajah yang berseri-seri pak Ahmad melangkahkan kaki menuju sekolah tempat
belaiu mengajar untuk presensi terakhir dilanjutkan pergi ke kantor dinas untuk
mengambil surat kepindahan tempat mengajarnya. Ya … pak Ahmad mengajukan pindah
tugas ke tempat di mana istri dan anak-anaknya tinggal dengan alasan ingin
dekat dengan keluarga. Beliau sudah mengajar hampir 10 tahun di tempat sekarang
mengajar.
Sekitar pukul 12 siang, saat matahari
sudah naik pada puncak ketinggiannya,
pak Ahmad sudah kembali ke sekolah, setelah mengurus dan mengampil surat pindah
tugas.
“Assalamu’alaikum …” ucap pak Ahmad ketika
memasuki ruang kantor guru
“Wa’alaikumussalam …” jawab bpk/ibu guru di
ruang kantor secara serentak.
“Gimana pak … urusannya? Lancarkan?” tanya
bu Ana kepada pak Ahmad, beliau termasuk salah satu guru yang akrab dengan
semua warga sekolah. Beliau mengajar matematika.
“Alhamdulillah sudah selesai urusaanya ibu
… hal ini semua karena berkat dukungan dan doa bapak/ibu. Jazakumullahu khairan
untuk semuanya.” jawab pak Ahmad dengan agak terbata-bata sambal berliang air
matanya. Entah apa yang ada benak pikiran pak Ahmad, senang karena insya Allah
bisa dekat bersama keluarga atau sedih harus meninggalkan teman-teman guru dan
anak-anak didiknya. Pak Ahmad langsung menuju tempat duduk kemudian minum teh
manis di gelas yang tersedia di mejanya. Sesekali pak Ahmad menghela napas panjang
dan mengeluarkannya secara perlahan-lahan mungkin untuk menghilangkan
perasaannya yang sedang berkecamuk di batinnya.
Selesai minum dan membereskan apa yang ada
di meja, pak Ahmad minta pamit untuk mendahului karena ada beberapa hal yang
harus dipersiapkan.
“Mohon ijin saya mendahului bpk/ibu semua
… ini saya hendak menemui ibu kepala sekolah dulu” pinta pak Ahmad kepada
bapak/ibu guru yang ada di ruang.
“Iya pak … berarti hari ini terakhir kita
bertemu pak” celetuk pak Anto dari pojok ruangan. Pak Anto adalah guru komputer
di sekolah ini dan duduknya beliau memang di salah sudut ruangan sebelah kanan
belakang.
“Insya Allah tidak pak Anto … kemaren bu
kepala bilang nanti ada pisah sambut guru lama dan baru” jawab pak Ahmad.
“Alhamdulillah kalau begitu. Berarti kita
masih ketemu lagi yang terakhir” tambah pak Anto ke pak Ahmad.
“Tapi … berarti besok ada guru baru yang akan
dikenalkan kepada kita?” tambah pak Anto
“Insya Allah pak … ibu kepala akan memperkenalkannya
langsung” jawab pak Ahmad
“Woooo … pak Anto kudet info.
Makanya sering-sering ke kantor, jangan hanya di lab. komputer melulu. Giliran
di kantor seringnya mojok” celetuk salah seorang guru sambal tertawa.
“Lah memang mulangnya di lab.
je” jawab pak Anto dengan bahasa jawanya yang medok. Itulah suasana di
ruang kantor guru, penuh keakraban, canda tawa, saling support, pokoknya
suasana menyenangkang dan gayeng. Mungkin itulah salah satu suasana yang
akan dirindukan oleh pak Ahmad ketika sudah mengajar di tempat lain.
“Assalamu’alaikum warahmatullahi wa
barakaatuh” ucap pak Ahmad ketika hendak meninggalkan ruang guru sambal
berjabat tangan dengan guru-guru putra. Terlihat mata pak Umar berkaca-kaca, seakan-akan
merasa berat sekali untuk meninggalkan tempat ini. Setelah itu pak Ahmad menuju
ruangan kepala sekolah.
Menjadi seorang guru bagi pak Ahmad
tidaklah terpikirkan sama sekali untuk menekuni profesi ini, apalagi menjadikan
salah satu cita-cita. Qodarullah ternyata profesi inilah pak Ahmad sangat
senang sekali dan menikmatinya, apalagi ketika ibunya tahu kalau beliau menjadi
seorang guru. Merasa senang dan bangga, bisa meneruskan profesi ibunya. Ibu pak
Ahmad seorang guru sekolah dasar, sebuah desa di salah satu kabupaten Jawa
Tengah dan terakhir sebagai penilik SD di daerah tersebut.
Tidak terlalu lama pak Ahmad bertemu
dengan ibu kepala sekolah di ruangan beliau. Intinya pak Ahmad minta pamit dari
sekolah ini karena akan pindah ke sekolah barunya dan mohon maaf bila ada
kesalahan serta kekhilafan selama bergabung di sekolah ini. Ibu kepala juga
menyampaikan permohonan maaf dan mendoakan semoga di tempat barunya tambah
sukses serta cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Tidak lupa
berpesan juga kepada pak Ahmad untuk tetap rendah diri dan rendah hati serta
selalu berinovasi dan mengembangkan potensi diri untuk perkembangan dan
kemajuan pendidikan di Indonesia.
Alhamdulillah kegiatan hari ini sudah
terlaksana dengan baik, tak lupa pak Ahmad selalu mengucapkan kalimat tahmid
sebagai tanda rasa syukur atas nikmat yang diterimanya hari ini, semoga tidak
termasuk orang-orang yang kufur nikmat. Beliau selalu ingat akan isi surat
Ibrahim ayat 7, yang artinya : “(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar
sangat keras.". Tersirat dari wajah pak Ahmad begitu senang dan
gembiranya hari ini, terasa plong
begitu. Entah apa yang dipikirkannya, dengan senyum-senyum sendiri beliau
meninggalkan sekolah menuju rumah kontrakannya.
Suasana
gedung aula sekolah sudah terlihat ramai, siswi-siswi mulai masuk gedung
tersebut dan menempati kursi yang tersedia. Beberapa bapak/ibu guru dan
karyawan sudah pada datang. Tepat pukul 07.30 acara pisah sambut guru lama dan
guru baru dimulai. Pembukaan acara diawali dengan pembacaan basmallah yang
dipandu oleh pembaca acara. Selanjutnya pembacaan kalam Illahi, sambutan kepala
sekolah, kesan dan pesan guru lama, perkenalan guru baru, selingan dan acara
ditutup dengan do’a.
Pak Ahmad
menyampaikan kesan dan pesan selama beliau mengajar di sekolah ini. Banyak hal
yang disampaikan baik suka dan duka. Keheningan seakan menyihir hadirin ketika beliau
berdiri di podium. Kesedihan terpancar dari wajah para hadirin. Pak Ahmad juga
larut dalam suasana tersebut, tak tahan air mata beliau jatuh membasahi pipi.
Terlihat juga empat siswi duduk di
deretan tengah sedang menangis, mereka adalah Ulfi, Rita, Karin, dan Nur. Entah
apa yang terjadi pada mereka. Bagi pak Ahmad mereka termasuk siswi-siswi yang
baik, pintar, supel, dan komunikatif. Mereka sangat membantu dalam hal
komunikasi dengan siswi yang lain, terkadang pak Ahmad menemui kendala kenapa
siswi-siswi seakan tidak peduli ketika pak Ahmad menyampaikan materi di kelas.
Dari merekalah masukan disampaikan sehingga strategi pembelajaran yang
diterapkan di kelas bisa lebih bervariatif dan siswi-siswi yang jadi lebih
senang. Terkadang mereka sering berdiskusi dengan pak Ahmad mengenai beberapa
hal ataupun bila mereka ada kesulitan dalam pelajaran mereka bertanya kepada
beliau dan selalu dibantu dengan baik. Itulah kedekatan mereka dengan pak
Ahmad.
“Abi
… abi…bangun” terdengar samar-samar oleh pak Ahmad ada memanggilnya
“Oh
… ya … gimana sayang” jawab pak Ahmad ketika yang manggil ternyata Dzaki, anak
terkecilnya.
“Udah
adzan … sholat di masjid” sambung Dzaki, seakan mengingatkan untuk sholat asar
di masjid karena sudah terdengar suara adzan.
“Iya
… insya Allah” jawab pak Ahmad.
“Astaghfirullah
…” ucap pak ahmad ketika baru sadar apa yang dialaminya tadi ternyata dalam
mimpi.
Kemudian
pak Ahmad menggendong Dzaki untuk mengambil air wudhu dan persiapan sholat ke
masjid. Masih terdengar sayup-sayup suara siswi-siswi ketika menyanyikan lagu
hymne guru dalam acara selingan, Terpujilah … Wahai engkau ibu bapak guru …
Namamu akan selalu hidup … Dalam sanubariku …Mengenang beberapa tahun lalu
yang pernah Pak Ahmad alami. Alhamdulillah sekarang masih bisa berkumpul bersama
keluarga, itu merupakan kenikmatan yang patut disyukuri. Berharap agar selalu
berbuat amal shalih untuk masa-masa yang akan datang dan memperhatikan apa yang
telah diperbuat untuk kesiapan hari esok. Seperti peringatakan untuk kita semua
tercantum dalam Surat Al Hasyr ayat 18 yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.”
.